Professional Skepticism vs Suudzon

Menjawab pertanyaan dalam salah satu sesi diskusi panel ACIIA 2024 di Bali, akhir Agustus silam, Ketua IIA Indonesia, Ibu Angela Simatupang, menyatakan bahwa Professional Skepticism itu berbeda dengan Suudzon. Bersikap skeptis secara profesional jangan disamakan dengan berprasangka buruk terhadap seseorang.

Bagaimana keduanya berbeda? Dan bagaimana agar auditor internal tidak terjebak dalam pusaran prasangka buruk alih-alih skeptisisme profesional terhadap pihak yang diaudit?

Apa itu Professional Skepticism atau Skeptisisme Profesional?

Bagi auditor eksternal, skeptisisme professional sudah tidak asing lagi bagi mereka. Namun, untuk auditor internal, hal ini baru masuk ke dalam standar profesi pada Global Internal Audit Standard (GIAS) 2024.

Pada Standar 4.3, skeptisisme profesional didefinisikan sebagai sikap selalu mempertanyakan atau meragukan keabsahan dan kebenaran klaim, pernyataan, dan informasi lainnya. Ketika mengumpulkan dan menganalisis informasi, auditor internal sebaiknya menerapkan skeptisisme professional untuk menentukan apakah informasi tersebut relevan, dapat diandalkan, dan memadai.

Jika auditor internal menentukan bahwa informasi tidak lengkap, tidak konsisten, salah, atau menyesatkan, mereka sebaiknya melakukan analisis tambahan untuk mengidentifikasi informasi yang benar dan lengkap yang diperlukan untuk mendukung hasil penugasan.

Apa itu Suudzon?

Saya kutip dari cnnindonesia.com, Suudzon adalah istilah dalam bahasa Arab yang berarti berburuk sangka atau berprasangka negatif. Ini mengacu pada sikap seseorang yang cenderung menduga-duga hal-hal buruk atau memiliki asumsi negatif terhadap niat dan perilaku orang lain tanpa alasan yang kuat.

Photo by Andrea Piacquadio
Bagaimana Keduanya Berbeda?

Berikut ini tabel perbedaan antara Professional Scepticism vs Suudzon yang saya elaborasi dengan bantuan GenAI.

AspekProfessional ScepticismSuudzon
TujuanMenilai informasi secara objektif dan kritis untuk memastikan keakuratan dan keandalan informasi, menghindari bias, dan mendeteksi kesalahan atau kecurangan.Mencari-cari kesalahan atau kekurangan pada orang lain, seringkali dengan tujuan untuk menjatuhkan.
DasarKeraguan yang sehat dan logis, didasarkan pada bukti dan analisis.Berbasis asumsi atau prasangka tanpa memerlukan bukti atau fakta yang mendukung.
FokusFokus pada evaluasi obyektif dan kritis terhadap informasi atau situasi.Fokus pada asumsi buruk atau ketidakpercayaan terhadap orang lain, sering kali tanpa dasar yang kuat.
MetodeMenggunakan metode yang sistematis dan objektif untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bukti.Menggunakan generalisasi dan stereotipe untuk menilai orang lain.
DampakMeningkatkan kualitas keputusan dan mengurangi risiko kesalahan.Merusak hubungan interpersonal, menciptakan suasana yang tidak sehat, dan menghambat kerja sama.
Bagaimana Agar Auditor Internal Dapat Menerapkan Skeptisisme Profesional?

Hal ini sudah dijelaskan dalam GIAS 2024. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar Auditor Internal dapat membangun kompetensi skeptisisme profesional.

Pelatihan yang relavan, yang membantu auditor internal mengembangkan dan belajar menerapkan skeptisisme profesional dan memahami pentingnya menghindari bias dan mempertahankan pola pikir kritis dan terbuka dan penuh rasa ingin tahu.

Kertas kerja yang lengkap, yang mengidentifikasi pendekatan auditor internal untuk mengevaluasi dan memvalidasi informasi yang dikumpulkan selama penugasan. Agar tidak ada asumsi tanpa fakta yang mendukung.

Review supervisor penugasan, untuk memastikan bahwa kertas kerja dan komunikasi penugasan mengandung informasi informasi yang relevan, dapat diandalkan, dan memadai.

Intinya, skeptisisme profesional didasarkan pada pendekatan kritis dan obyektif yang bertujuan untuk mengungkap kebenaran, sementara suudzon lebih condong kepada prasangka tanpa dasar yang jelas.

Salam sukses bermanfaat…

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top